time

Jumat, 15 Oktober 2010

KDM

KEHILANGAN
Disampaikan oleh : KASNOTO, SST.

Pengertian:
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan. (Lambert & Lambert, 1985 – 35)
Kehilangan merupakan suatu pengalaman yang pernah di alami individu selama rentang kehidupan.

Respons terhadap kehilangan:
Respons terhadap kehilangan dapat ditinjau dari beberapa hal, yaitu:
 Respons Duka (Griving); adalah respons fisiologis dan psikhologis yang menyakitkan terhadap kehilangan yang berarti.
Macam – macam duka :
• Duka yang bersifat sementara:
Duka ini tidak memerlukan bantuan karena mendapat dukungan dari lingkungan.
• Duka yang bersifat berat:
- Dapat menimbulkan Depresi yang merupakan respons maladaptif.
- Tidak menuju ke pemulihan dan cenderung merugikan keluarga dan teman.
Respons duka terhadap kehilangan setiap orang berbeda, hal ini tergantung dari;
- Persepsi individu terhadap sesuatu yang hilang.
- Pengalaman masa lalu individu dalam menanggulangi kehilangan.
- Aeti/nilai dari sesuatu yang hilang (barang/orang).

 Respons kehilangan dari aspek Kultural; sering bersifat negatif.
Misalnya:
- Harus bersifat tegar sehingga melarang seseorang mengekspresikan rasa duka.
- Tidak boleh menunjukkan kekecewaan/marah dalam menghadapi kehilangan.

 Respons kehilangan dari aspek Spiritual; hal ini dapat dimanifestasikan dalam bentuk;
- Kemungkinan kebutuhan spiritual terlupakan.
- Kepercayaan kepada Tuhan/lain – lain seperti tidak mendukung realitas perasaan.
- Sebagai ujian/percobaan.
- Sebagai takdir.


Strategi perilaku yang membantu adaptasi (Warden, 1982).
Ada beberapa strategi perilaku yang membantu adaptasi dalam menghadapi kehilangan, yaitu:
1. Menerima realitas kehilangan.
2. Mengalami sakitnya duka/sedih.
3. Menyesuaikan terhadap lingkungan.
4. Mengembalikan kekuatan emosional ke hubungan baru.

TEORI KEHILANGAN:
Teori Psykhoanalitik:
Sigmund Freud ; Duka cita merupakan reaksi kehilangan. Ketidak mampuan mengatasi dapat berakibat depresi.

Teori Kognitif :
Menurut Engel ; Kelanjutan persepsi dan evaluasi kehilangan terhadap kejadian dapat menimbulkan schok dan tidak percaya. Untuk mengatasinya adalah dengan mengembangkan kesadaran pemulihan.

Teori Sosiokultural:
Lindeman: Serangkaian respons – respons terhadap pengalaman setelah terjadi kecelakaan/bencana.
Symphtoom duka cita yang normal;
1. Keluhan – keluhan fisik (somatic distress).
2. Pekerjaan dengan perkiraan dapat mengurangi kedukaan (pre occupation with the image of decreased).
3. Perasaan untuk bersatu (feelings of guilt).
4. Reaksi bermusuhan (hostile reaction).
5. Kehilangan sifat kebapaan (loss of patterns of conduct).

Teori Perkembangan:
Ericson; Reaksi individu terhadap kehilangan dan kematian sesuai perkembangan kelompok usia.

Teori Perilaku:
Kubler ross; Tahapan duka mencakup 5 tahap:
a. Penolakan (Denial).
b. Marah (Anger).
c. Tawar – menawar (Bargaining).
d. Depresi (Depresion).
e. Penerimaan (Acceptance).





TYPE KEHILANGAN
Ditinjau dari obyek yang hilang ;
1. Obyek Eksternal:
 Harta milik yang hilang/rusak.
 Nilai obyek yang hilang.

2. Orang yang berarti;
 Orang tua, anak, suami/isteri dst.
 Kawin/cerai, meninggal.

3. Lingkungan;
 Pindah/tugas baru, Masuk Rumah Sakit.
 Meninggalkan situasi yang sudah terbiasa.

4. Aspek diri;
 Fisik: Bagian tubuh mengalami operasi/sakit.
 Fungsi psikhologis: Memori, Humor, Harga diri.
 Kasih sayang.

5. Kehidupan;
 Proses tumbuh kembang.

Ditinjau dari bentuk kehilangan;
1. Actual loss;
Kehilangan yang dapat dikenal/di identifikasi oleh orang lain sama seperti individu yang kehilangan.

2. Perceived loss;
Kehilangan yang sulit di kenali/di pahami orang lain.
Contoh: Kehilangan prestise.

3. Anticipatory loss;
 Perasaan kehilangan yang terjadi sebelum kehilangan terjadi.
 Individu memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang akan berlangsung hal ini sering kelihatan pada keluarga klien yang sakit terminal.










Perbandingan 3 teori “ Proses Grieving “

Engel (1964) Kubler Ross (1969) Martocchio (1989)
Shock & Disbelief



Developing awarenes







Reorganization & restitution Denial

Anger

Bargaining



Depresion.



Acceptance
Shock and disbelief

Yearning and protest

Anguish
Disorganisation & despair

Identification in bereavement


Reorganisation & restitution.






























BAGAN KEHILANGAN DAN PENANGANANNYA
Kehilangan (loss)



A. Sumber yang menentukan



Kejadian yang tidak di prdiksi Kejadian yang di harapkan
## Kecelakaan. ## Kedewasaan.
## Penyakit akut. ## Perkawinan.
## Penyakit khronis.


B. Jenis – jenis kehilangan C. Karakteristik kehilangan.
## Seseorang yang di cintai.  Pertimbangan:
## Fungsi tubuh. ## Persepsi individu.
## Peran/status sosial. ## Ancaman Konsep Diri.
## Harta milik ## Perubahan yang di kehendaki.
## Pengaruh kehilangan lainnya.
## Aktual/antisipasi.
## Sementara/Permanen.
## Partial/total.



D. Pengkajian Grieving.


E. Respons Individu/keluarga. F. Pertimbangan tenaga kesehatan profesional.
## Sifat kehilangan.
## Respons terhadap kehilangan.
## Faktor – faktor resiko.
## Faktor – faktor Sos – Bud. ## Arahan koping (+)
##Hubungan mendukung




Diagnose & Intervensi.


G. Fasilitas kedukaan:
“ Anticipatry Guideance “
Dukungan terhadap masalah fasilitas komunikasi:
## Gunakan kehadiran,
## Mendengar aktif,
## Expresi perasaan.
## Tingkatkan kontrol perasaan – perasaan.
## Perkenalkan peluang/kesempatan baru.
Kontrak mencapai tujuan spesifik.


Evaluasi




H. Perkembangan. I. Mengarah reaksi – reaksi duka
cita yang berat.


Adaptasi keputusan. Rujuk pada tenaga profesional


(Dikutip dari: Baumann A. Johston N,Otong D,Psychiatric and Psychosocial Nursing, 1990, hal. 199)




MEKANISME PENYESUAIAN DIRI
DAN PERTAHANAN DIRI

Disampaikan oleh : K a s n o t o, SST.


MEKANISME PENYESUAIAN DIRI:

Pengertian:
 Adalah upaya mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan/keinginan diri. (W.A. Gerungan).
 Merupakan usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan. (Soeharto Heerdjan).
Dari kedua pengertian tersebut di atas dapat di simpulkan pengertian mekanisme penyesuaian diri adalah: Suatu perbuatan yang sengaja di lakukan untuk mengatasi ketidak seimbangan karena adanya suatu persoalan.

Adanya kesulitan dan hambatan yang di hadapi seseorang dapat menyebabkan timbulnya “Stress” pada orang yang bersangkutan.
Pengertian stress adalah reaksi tubuh yang tidak khas atas setiap tuntutan yang di hadapi. (Hans Selye).
Stress dapat juga di artikan sebagai suatu bentuk ketegangan yang mempengaruhi fungsi alat – alat tubuh. (Dadang Hawari).

Dari kedua pengertian tersebut dapat di simpulkan stress adalah: Reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan dan ketegangan emosi, sehingga menyebabkan perasaan yang tidak nyaman.

Stress dapat terjadi bila tuntutan diri atau keinginan tidak terpenuhi.

Macam – macam stress:

Berdasarkan penyebabnya, stress dapat dibedakan menjadi:
a. Stress Fisik : Yaitu stress yang di sebabkan oleh stimulus yang mengenai tubuh.
Misalnya;temperatur, suara, beban sinar, arus listrik dan sebagainya.
b. Stress Kimiawi: Yaitu sejenis stress fisik yang di sebabkan oleh benda – benda kimia. Misalnya; asam, basa, gas beracun dan sebagainya.
c. Stress Microbiologik; yaitu stress yang di sebabkan oleh jasad renik (microba) sehingga menimbulkan permasalahan kesehatan fisik. Misalnya; virus, bacteri, parasit, jamur dan sebagainya.
d. Stress Fiologik: yaitu stress fisik yang di sebabkan oleh kelainan pada tubuh atau alat – alat tubuh. Misalnya; Gangguan struktur, gangguan fungsi jaringan, gangguan organ atau gangguan sistemik.
e. Stress proses tumbuh kembang: Yaitu stress yang disebabkan karena proses tumbuh kembang yang terjadi pada setiap individu. Misalnya; Stress yang terjadi pada masa Pubertas, masa perkawinan, proses ketuaan dan sebagainya.
f. Stress Psikhologik/Emosional: yaitu Stres yang terjadi karena adanya konflik psikhologik/emosional sehingga menimbulkan ketidak nyamanan pada individu yang bersangkutan. Misalnya; Ketegangan hubungan interpersonal, pertentangan sosial budaya, pertentangan keagamaan dan sebagainya.

Hal – hal yang memepengaruhi ketahanan stress.
Ketahanan seseorang dalam menghadapi stressor tidak sama satu dengan lainnya, hal ini dipengaruhi oleh:
 Sifat stressor yang mengenai.
 Intensitas stressor terhadap individu.
 Kualitas stressor.
 Spesifikasi stressor terhadap individu.
 Persepsi individu terhadap stressor.
 Sifat individu.

Adaptasi : merupakan perubahan anatomik, psikhologik dan fisiologik dalam diri seseorang yang terjadi sebagai reaksi terhadap stressor.
Adaptasi ini merupakan suatu pertahanan diri yang di dapat sejak lahir atau dipelajari dalam rentang kehidupan seseorang.

Jenis – jenis Adaptasi:
1. Adaptasi fisiologik: yaitu proses penyesuaian diri yang terjadi secara laokal atau umum yang terjadi pada tubuh seseorang yang mengalami stress.
2. Adaptasi psikhologik : yaitu proses penyesuaian diri secara psikhologik dalam menghadapi stressor. Adaptasi psikhologik ada 3 jenis, yaitu:
a. Secara sadar individu menyelesaikan/menyesuaikan diri dengan masalah yang di hadapi, sehingga tidak menimbulkan masalah lagi bagi indindividu yang bersangkutan.
b. Secara tidak sadar individu menggunakan defence mecanism (mekanisme pertahanan diri), sehingga masalah tidak terselesaikan secara tuntas dan kemungkinan muncul kembali di masa yang akan datang.
c. Secara tidak sadar individu menggunakan gejala fisik (konversi) atau psikho fisiologik dalam menghadapi stressor.

MEKANISME PERTAHANAN DIRI.
Adalah suatu proses tidak sadar yang digunakan untuk melindungi diri dari kecemasan (Wolf, dkk)

Jenis – jenis mekanisme kooping (cooping mecanism):
a. Rasionalisasi; yaitu upaya menghindari konflik jiwa dengan memberi alasan yang masuk akal
b. Displacement (mengisar); merupakan pemindahan perilaku kepada perilaku lain yang lain bentuknya/obyeknya.
c. Identifikasi; yaitu upaya individu mengadopsi perilaku atau kepribadian orang lain sebagai perilaku atau kepribadiannya.
d. Kompensasi; adalah perilaku mengalihkan kekurangan diri pada kegiatan lain dengan berhasil/sukses.
e. Over kompensasi (reaction formation); adalah perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan mencoba melupakannya serta melebih – lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan awal.
f. Sublimasi; adalah penggantian obyek dorongan dalam bentuk – bentuk perbuatan yang dapat di terima oleh masyarakat dan derajatnya/nilainya lebih tinggi.
g. Proyeksi; adalah perbuatan melemparkan kekurangan diri sendiri kepada obyek di luar dirinya.
h. Introyeksi; merupakan perbuatan memasukkan sifat – sifat dari pribadi orang lain ke dalam pribadinya.
i. Reaksi konversi; perilaku mengalihkan konflik jiwa ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik.
j. Represi; adalah konflik pikiran, impuls yang tidak dapat di terima dengan menekannya ke alam bawah sadar dan sengaja melupakannya.
k. Supresi; yaitu secara sadar menekan konflik, impuls yang tidak dapat di terima atau tidak menyenangkan.
l. Denial; perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan.
m. Menarik diri (self isolation); adalah perilaku seseorang menarik diri dari pergaulan dengan lingkungan bila menghadapi konflik/frustrasi.
n. Fantasi; perilaku menarik diri dengan berkhayal bila menghadapi konflik/frustrasi.
o. Negativisme; perilaku yang bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji.
p. Agrsif (mengecam); perilaku menyerang terhadap orang lain untuk menunjukkan dirinya lebih baik.
q. Obsesi; adanya pikiran/perasaan tertentu yang terus menerus dan tidak menyenangkan.
r. Kompulsi; dorongan untuk melakukan perbuatan/tindakan serupa secara berulang – ulang.
s. Histeria; pengalihan konflik jiwa ke dalam bentuk gangguan fisik tertentu.

Tidak ada komentar: